* Memiliki kemauan
Ada pepatah, dimana ada kemauan di situ ada jalan. Jadi, calon ayah harus punya kemauan untuk bisa menerima istri, memberi dukungan, dan ada selalu buat istri.
* Komunikasi dengan istri
Memahami bukan berarti diam. Semisal, jika biasanya istri tak mempermasalahkan suami yang pulang malam karena lembur, kini sejak hamil istri jadi sering marah-marah atau bahkan menuduh yang tidak-tidak. Bukan berarti suami diam, sebaliknya jelaskan pada istri.
Misalnya, "Kalau kamu enggak percaya, aku ada teman meeting yang kamu juga kenal. Yuk, kita sama-sama tanya dia, tadi aku kemana aja." Jika suami memahami kondisi istri dengan cara dipendam, hal itu tidak sehat bagi mental suami.
Selain itu, pria kadang merasa gengsi bahwa dia sebenarnya juga perlu dukungan. Perubahan peran (dari lajang, menikah, dan punya anak) yang sebenarnya adalah peran besar, sering mereka anggap enteng.
Perubahan peran ini juga harus diutarakan pada istri. Tak usah malu karena suami-istri adalah partner. Suami-istri harus jadi tim untuk menghadapi calon bayi.
* Komunikasi dengan bayi.
Kadang masih ada kepercayaan, suami hanya mencari nafkah dan dalam membesarkan anak hanya menerapkan disiplin sehingga si anak takut ayah. Nah, pada zaman sekarang tidak seperti itu.
"Dari masa kehamilan, calon ayah sudah bisa berperan, misalnya dengan ikut nyanyi dan ngajak ngomong bayinya. Karena pada minggu-minggu tertentu si bayi sudah bisa mendengar suara-suara selain suara ibunya. Di situlah peran ayah bisa masuk," tutur Febi.
Pulang kerja sebaiknya suami jangan langsung tidur. Sapa bayi di dalam kandungan, "Halo, anakku lagi ngapain?" Anak dari dalam kandungan bisa mendengar. Saat anak lahir, dia mendengar suara ayah dan dia tahu, "O, ini yang sering nyapa aku." Otomatis bayi bisa lebih dekat dengan ayahnya.
* Memberi pengertian dan dukungan.
Dukungan suami bisa dengan bentuk lisan (memuji ibu dan bayi), fisik (sisihkan waktu untuk istri dan bayi), emosional (menenangkan istri saat dia emosi), dan seksual. Aktivitas hubungan suami-istri juga tetap harus berjalan untuk memberikan kenyamanan. Konsultasikan ke dokter kandungan apakah aman melakukan hubungan badan. Istri pun akan berpikir, "Suamiku ternyata masih nyaman dengan aku."
* Sisihkan waktu
Baik untuk mengajak istri relaksasi, ikut parenting class, dan senam hamil agar calon ayah lebih terlibat dalam proses kehamilan itu.
* Usahakan ada support group
Kumpulkan teman-teman yang istrinya sama-sama hamil atau baru punya anak. Mereka direkrut untuk mengadakan pertemuan misalnya seminggu sekali. Di situ calon ayah bisa sharing (berbagi) dan bertanya pada teman-temannya bagaimana pengalaman punya anak dan jadi ayah. Dari sharing ini calon ayah akan lebih siap dan ada gambaran.
0 komentar:
Posting Komentar